Tanaman Kakao
Tanaman kakao berasal
dari Benua Amerika dan bukan tanaman asli Indonesia yang mempunyai iklim
tropis. Decondole mengemukakan bahwa tanaman kakao tumbuh liar di hutan
belantara lembah perairan di hulu sungai Amazone dan sungai Orinoco. Namun,
pendapat ini menjadi kabur setelah tumbuh pohon kakao liar di hutan belantara
Amerika Tengah, New Grenada dan di beberapa pulau di kepulauan Antille, yaitu
Trinidad, Jamaica dan Martinique.
Tanaman kakao mulai
dimasukkan ke Indonesia sekitar tahun 1560 oleh orang Spanyol melalui Sulawesi,
lalu menyebar ke Minahasa. Pertanaman kakao dimulai pada waktu budidaya kopi sudah diusahakan
sebagai budidaya pemerintah. Tanaman kakao mulai ditanam pada tahun 1826,
tetapi ada juga kemungkinan bahwa tanaman kakao sudah ada beberapa dekade
sebelumnya. Residen Jansen pada tahun 1853 menulis bahwa penduduk Minahasa
menceritakan adanya penyakit tanaman kakao pada saat ditanam pertama kali di
Minahasa.
Tahun 1845 tanaman
kakao di Minahasa mengalami kehancuran, karena serangan hama penggerek buah (cacaomot),
demikian juga di Ternate dan Ambon karena penyakit busuk buah yang disebabkan
oleh Phytophtora.
Sejak tahun 1970 budidaya tanaman kakao mendapat perhatian yang
lebih luas lagi hampir di seluruh Nusantara sehubungan dengan usaha
disertivikasi budidaya di berbagai perkebunan besar. Pengembangan tanaman kakao
bertujuan meningkatkan ekspor sehingga pada gilirannya devisa negara akan
meningkat dan dapat memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri.
Sistematika tanaman kakao secara lengkap adalah
sebagai berikut.
Divisi : Spermatophyta
Anak
divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Malvales
Famili : Sterculiaceae
Genus : Theobroma
Spesies
: Theobroma cacao, L.
Daerah
penyebaran perkebunan kakao (coklat), antara lain Jawa Tengah (Salatiga serta
Cilacap) dan Sulawesi Seltan serta Sulawesi Tenggara.Sekitar
tahun 1820 tanaman kakao mulai diperluas sebagai akibat meningkatnya permintaan
dari Manila akan hasil kakao dari Minahasa. Selanjutnya tanaman tesebut
menyebar ke Pulau Jawa.Akibat rendahnya harga kakao tahun 1996/97 lalu,
menyebabkan banyak areal perkebunan kakao rakyat dikonversi ke jenis tanaman
lain yang diaggap lebih menguntungkan, sehingga pada tahun 1997 luas areal
perkebunan nasional mengalami penurunan 19,2%, yaitu dari tahun sebelumnya
seluas 655.331 Ha menjadi 529,057 Ha. Semenjak saat itu pertumbuhan perkebunan
kakao relatif rendah per tahunnya, sehingga pada tahun 2001 diperkirakan luas
arealnya mencapai 669.211 Ha. Dari luas areal perkebunan kakao sebesar itu,
sekitar 536.000 ha atau 80,1% merupakan pertanian rakyat.Sulawesi merupakan
sentra produksi perkebunan kakao yang tahun 2001 luasnya diperkirakan mencapai
339.478 ha atau sekitar 50,7% dari total luas perkebunan kakao nasional.
Sementara luas perkebunan kakao di Jawa hanya sekitar 61.040 ha atau
kontribusinya hanya 9,1%. Dibandingkan dengan potensi lahan perkebunan kakao
yang menurut Ditjen Perkebunan mencapai 119 juta Ha, potensi lahan di sentra
produksi kakao yaitu Sulawesi Selatan hanya 4,2 juta Ha dan Sulawesi Tengah 4,2
juta Ha, sementara Irian Jaya potensi lahan perkebunannya paling besar seluas
19,9 juta Ha.Sejak tahun 1988, kebun kakao milik swasta maupun PTPN banyak
mengalami kerusakan, baik akibat kemarau panjang tahun sebelumnya, aksi
penjarahan, maupun kerusakan akibat serangan hama serta penyakit. Tingginya
kurs US-dollar terhadap rupiah, di satu pihak memang telah memberikan nilai
tambah yang luar biasa bagi ekspor produk-produk pertanian. Namun lain pihak,
harga pupuk dan pestisida juga mengalami kenaikan yang luar biasa. Akibatnya,
tanaman maupun buah kakao banyak yang mengalami kerusakan, karena hama serta
penyakit tidak dapat tertanggulangi dengan baik. Dengan kondisi tersebut, produksi biji
kakao tahun 1999 turun sekitar 1% dari 370.400 ton menjadi 367.475 ton. Begitu
pula dua tahun berikutnya, pertumbuhan kakao lamban masing-masing hanya sekitar
1,8% per tahun. Sejalan dengan lambannya pertumbuhan produksi kakao di dalam
negeri, stock kakao dunia mengalami penurunan akibat
berkurangnya pasok dari negara produsen terbesar Pantai Gading yang tengah
dilanda kemelut perang saudara di negaranya. Oleh sebab itu harga kakao dunia
belakangan terkoreksi sangat tinggi, bahkan petani kakao bisa langsung menjual
hasil panennya ke pedagang asing yang membuka usaha dagangnya di dalam negeri
dengan harga yang sangat menarik.
Kesempatan infiltrasi pedagang asing itu sudah terjadi sejak
1998 lalu, dimana pemerintah Indonesia ketika itu menandatangani kesepakatan letter of intent (LoI) dengan IMF. Dalam satu pasal
dari kesepakatan LoI tersebut, disebutkan bahwa setiap perusahaan asing yang
bergerak dalam bidang perdagangan, baik perdagangan eceran (ritel), agen,
grosiran maupun distributor dapat beroperasi secara langsung hingga kepelosok
daerah di seluruh wilayah Indonesia dengan kepemilikan saham 100%. Sejalan
dengan itu, mulailah banyak perusahaan perdagangan asing masuk ke Indonesia
hingga ke pelosok sentra-sentra produksi, termasuk perusahaan trading company dan trading
house yang bergerak dalam
perdagangan komoditas pertanian dan perkebunan internasional seperti Cargill,
ED & F man, Continaf, Nobel, dll.
Sejumlah faktor
iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao.
Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikiancurahhujan,temperatur,
dan sinar matahari menjadi bagian dari faktor iklim yang menentukan. Demikian
juga faktor fisik dan kimia tanah yang erat kaitannya dengan daya tembus
(penetrasi) dan kemampuan akar menyerap hara.Ditinjau dari wilayah
penanamannya, kakao ditanam di daerah‐daerah yang
berada pada 1000 LU sampai dengan 1000 LS. Walaupun
demikian penyebaran pertanaman kakao secara umum berada pada daerah‐daerah
antara 700 LU sampai dengan 1800 LS. Hal ini tampaknya
eratkaitannya dengandistribusi curah hujan dan jumlah penyinaran matahari
sepanjang tahun.
Curah Hujan
Hal terpenting
dari curah hujan yang berhubungan dengan pertanaman kakao adalah distribusinya sepanjang
tahun. Hal tersebut berkaitan dengan masa pembentukan tunas muda dan produksi.
Areal penanaman kakao yang ideal adalah daerah‐daerah
bercurah hujan 1.100 ‐ 3.000 mm
per tahun. Disamping kondisi fisik dan kimia tanah, curah hujan yang melebihi
4.500 mm per tahun tampaknya berkaitan dengan serangan penyakit busuk buah
(black pods).Didaerah yang curah hujannya lebih rendah dari 1.200 mm per masih
dapat ditanami kakao,tetapi dibutuhkan air irigasi. Hal ini disebabkan air yang
hilang karena transpirasi akan lebih besar daripada air yang diterima tanaman
dari curah hujan, sehingga tanaman perlu dipasok dengan air irigasi.Ditinjau
dari tipr iklimnya, kakao sangat ideal ditanam pada daerah‐daerah
yang tipe iklimnya A (menurut Koppen) atau B (menurut Scmid dan Fergusson). Di
daerah‐daerah yang tipe iklimnya C (menurut Scmid dan
Fergusson) kurang baik untuk penanaman kakao karena bulan keringnya yang
panjang.
Temperatur
Pengaruh
temperatur pada kakao erat kaitannya dengan ketersediaan air, sinar matahari,
dan
kelembaban. Faktor‐faktor
tersebut dapat dikelola melalui pemangkasan, penanaman tanaman pelindung, dan
irigasi. Temperatur sangat berpengaruh pada pembentukan flush, pembungaan, serta
kerusakan daun.Temperatur ideal bagi pertumbuhan kakao adalah (maksimum) dan 18‐21(minimum).
Temperatur yang lebih rendah dari 100 akan mengakibatkan gugur daun dan mengeringnya
bunga, sehingga laju pertumbuhannya berkurang. Temperatur yang tinggi akan memacu
, tetapi kemudian akan segera gugur.
Sinar Matahari
Lingkungan hidup
alami tanaman kakao adalah hutan tropis yang di dalam pertumbuhannya
mebutuhkan naungan untuk mengurangi
pencahayaan penuh. Cahaya matahari yang terlalu banyak menyoroti tanaman kakao
akan mengakibatkan lilit batang kecil, daun sempit, dan tanaman relatif
pendek.Kakao termasuk tanaman yang mampu berfotosintesis[2]
pada suhu daun rendah. Fotosintesis maksimum diperoleh pada saat penerimaan
cahaya pada tajuk sebesar 20% dari pencahayaan penuh. Kejenuhan cahaya di dalam fotosintesis setiap
daun kakao yang telah membuka sempurna berada pada kisaran 3‐30
persen cahaya matahari penuh atau pada 15 persen cahaya matahari penuh. Hal ini
berkaitan pula dengan pembukaan stomata yang menjadi lebih besar bila cahaya
yang diterima lebih banyak.
Tanah
Tanaman kakao
dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, asal persyaratan fisik dan kimia tanah
yang berperan terhadap pertumbuhan dan produksi kakao terpenuhi. Kemasaman
tanah (pH), kadar zat organik, unsure hara, kapasitas adsorbsi, dan kejenuhan
basa merupakan sifat kimia yang perlu diperhatikan, sedangkan faktor fisiknya
adalah kedalaman efektif, tinggi permukaan air tanah, drainase, struktur, dan
konsistensi tanah. Selain itu kemiringan lahan juga merupakan sifat fisik yang
mempengaruhi pertumbuhan dan pertumbuhan kakao.
Sifat Kimia Tanah
Tanaman kakao
dapat tumbuh dengan baik pada tanaman yang memiliki pH 6 ‐ 7,5;
tidak lebih
tinggi dari 8 serta tidak lebih rendah
dari 4; paling tidak pada kedalaman 1 meter. Hal ini disebabkan terbatasnya
ketersediaan hara pada pH tinggi dan efek racun dari Al, Mn, dan Fe pada pH
rendah. Disamping faktor keasaman, sifat kimia tanah yang juga turut berperan
adalah kadar zat organik. Kadar zat organik yang tinggi akan meningkatkan laju
pertumbuhan pada masa sebelum panen. Untuk itu zat organik pada lapisan tanah
setebal 0 ‐ 15 cm sebaiknya lebih dari 3 persen. Kadar
tersebut setara dengan 1,75 persen unsur karbon yang dapat menyediakan hara dan
air serta struktur tanah yang gembur.
Usaha
meningkatkan kadar organik dapat dilakukan dengan memanfaatkan serasah sisa pemangkasan
maupun pembenaman kulit buah kakao. Sebanyak 1.990 kg per ha per tahun daun
gliricida yang jatuh memberikan hara nitrogen sebesar 40,8 kg per ha, fosfor
1,6 kg per ha, kalium 25 kg per ha, dan magnesium 9,1 kg per ha. Kulit buah
kakao sebagai zat organic sebanyak 900 kg per ha memberikan hara yang setara
dengan 29 kg urea, 9 kg RP, 56,6 kg MoP, dan 8 kg kieserit. Sebaiknya tanah‐tanah
yang hendak ditanami kakao paling tidak juga mengandung kalsium lebih besar
dari 8 Me per 100 gram contoh tanah dan
kalium sebesar 0,24 Me per 100 gram, pada kedalaman 0 ‐ 15
cm.
Sifat Fisik Tanah
Tekstur tanah
yang baik untuk tanaman kakao adalah lempung liat berpasir dengan komposisi 30 ‐ 40
% fraksi liat, 50% pasir, dan 10 ‐ 20 persen
debu. Susunan demikian akan mempengaruhi ketersediaan air dan hara serta aerasi
tanah. Struktur tanah yang remah dengan agregat yangmantap menciptakan gerakan
air dan udara di dalam tanah sehingga menguntungkan bagi akar.
Tanah tipe
latosol dengan fraksi liat yang tinggi ternyata sangat kurang menguntungkan tanaman
kakao, sedangkan tanah regosol dengan tekstur lempung berliat walaupun
mengandung kerikil masih baik bagi tanaman kakao.Tanaman kakao menginginkan
solum tanah menimal 90 cm. Walaupun ketebalan solum tidak selalu mendukung
pertumbuhan, tetapi solum tanah setebal itu dapat dijadikan pedoman umum untuk
mendukung pertumbuhan kakao.
Kedalaman
efektif terutama ditentukan oleh sifat tanah, apakah mampu menciptakan kondisi yang
menjadikan akar bebas untuk berkembang. Karena itu, kedalaman efektif berkaitan
dengan air tanah yang mempengaruhi aerasi dalam rangka pertumbuhan dan serapan
hara.Untuk itu kedalaman air tanah disyaratkan minimal 3 meter.
Kriteria tanah yang tepat bagi tanaman kakao
Areal penanaman
tanaman kakao yang baik tanahnya mengandung fosfor antara 257 ‐ 550
ppm
berbagai kedalaman (0 ‐ 127,5
cm), dengan persentase liat dari 10,8 ‐ 43,3
persen; kedalaman efektif 150 cm; tekstur (rata‐rata
0‐50 cm
di atas) SC, CL, SiCL; kedalaman Gley dari permukaan tanah 150 cm; pH‐H2O
(1:2,5) = 6 s/d 7; zat organik 4 persen; K.T.K rata‐rata
0‐50 cm
di atas 24 Me/100 gram; kejenuhan basa rata‐rata
0 ‐ 50 cm di atas 50%.
Dalam
budi daya tanaman cokelat terdapat beberapa teknik yang spesifik. Berikut
diuraikan mengenai segala hal yang berhubungan dengen budi daya tanaman
cokelat.
Ø Penyediaan
bibit
Agar
produksi kakao yang dihasilkan tinggi, perlu digunakan benih yang berkualitas.
Benih yang berkualitas dapat diperoleh dari kebun benih cokelat. Selain biji, bibit cokelat juga dapat
diperoleh denan cara perbanyakan vegetative, berupa sambung atau okulasi.
Bahkan, saat ini sudah banyak tersedia bibit kakao yang dijual dan siap ditanam
di lahan.
Ø Penyediaan
tanaman pelindung
Penanaman
tanaman pelindung sangat penting dilakukan sebelum penanaman cokelat di lapang.
Hal ini disebabkan tanaman cokelat membutuhkan naungan selama proses
pertumbuhannya.
Ø Penanaman
Bibit kakao dapat ditanam pada umur 4-6 bulan. Penanaman bibit di pagi hari pada musim hujan ternyata lebih baik hasilnya jika sore atau malam harinya turun hujan daripada hujan turun 2 hari kemudian.
Bibit kakao dapat ditanam pada umur 4-6 bulan. Penanaman bibit di pagi hari pada musim hujan ternyata lebih baik hasilnya jika sore atau malam harinya turun hujan daripada hujan turun 2 hari kemudian.
Ø Pemeliharaan
Tanaman
cokelat atau kakao perlu dipangkas, dipupuk, dan dikendalikan gulmanya.
Kegiatan pemeliharaan tersebut perlu dilakukan untuk memperoleh pertumbuhan dan
produksi maksimal.
·
Pemangkasan
Selama masa tanaman belum
menghasilkan (TBM), pemeliharaan ditujukan untuk pembentukan cabang yang
seimbang dan pertumbuhan vegetatif yang baik. Pohon pelindung sementara perlu
dipangkas agar tidak menutupi tanaman cokelat. Pohon pelindung sementara
sebaiknya memiliki tinggi kurang dari 1,5 m agar tanaman cokelat mendapatkan
sinar matahari yang sesuai pertumbuhannya.
Pemupukan
·
Pemupukan
Kakao dipupuk setelah berumur 2
bulan di lapangan. Sisa pemangkasan dan kulit buah cokelat yang dibenamkan ke
dalam tanah juga merupakan sumber hara bagi tanaman cokelat.
·
Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma pada areal
pertanaman cokelat biasanya dilakukan pada masa TBM. Beberpa jenis gulma yang
biasanya ada di areal pertanaman cokelat, antara lain, Paspalum conjugatum,
Ageratum conyzoidea, Axonophus compressus, Eleusine indica, dan Mikania
micrantha. Pengendalian gulma bisa dilakukan secara manual maupun kimiawi
Produksi tanaman
cokelat di lapang dapat mengalami penurunan karena serangan hama dan penyakit.
Di perkebunan cokelat dikenal adanya hama dan penyakit utama, yaitu
hama/penyakit yang sering menggangu metabolisme tanaman cokelat sehingga menurunkan pertumbuhan dan
produktivitasnya.
1. Hama
Beberapa
hama utama yang sering ditemukan diareal pertanaman cokelat adalah sebagai
berikut.
a. Helopelthis
sp. (Hemiptera: Miridae)
Helopelthis sp. merupakan jenis
kepik yang menyerang buah dan pucuk muda.
b. Conopomorpha
cramerella (Lepidoptera:Gracillariidae)
Hama ini dikenal juga dengan nama
penggerek buah cokelat (PBC). Buah muda yang terserang PBC mengalami perubahan
warna sebelum matang.
c.
Zeuzera sp. (Lepidoptera: Cossidae)
Ada 2 spesies utama dari Zeuzera
sp., yaitu Zeuzera coffeae dan Zeuzera rorycyanea. Serangannya menyebabkan daun
mengalami nekrosis dan pucuk pada tanaman dewasa akan mati.
2. Penyakit
Ada
beberapa penyakit penting pada tanaman cokelat dan sering mengakibatkan
turunnya produksi panen cokelat, yaitu sebagai berikut.
a) Vascular
Streak Dieback (VSD)
Penyakit VSD disebabkan oleh
Oncobasidium theobromae. Pathogen ini hanya ada di wilayah penanaman cokelat di
Asia Tenggara dan Melanesia.
b) Phytophthora
sp.
Infeksi akibat patogen ini dapat
terjadi pada daun, tunas, batang, akar, dan bunga.
c) Cocoa
Swollen Shoot Virus (CSSV)
Gejala infeksi CSSV dapat dilihat
pada batang, daun, akar, dan buah. Bang dan akar membengkak. Kambium membengkak
dan sel-sel floem berubah bentuk dan ukurannya menjadi lebih besar.
Buah kakao bisa
dipanen apabila terjadi perubahan warna kulit pada buah yang telah matang.
Sejak fase pembuahan sampai menjadi buah dan matang, kakao memerlukan waktu
sekitar 5 bulan. Buah kakao matang dicirikan oleh perubahan warna kulit buah
dan biji yang lepas dari kulit bagian dalam. Bila buah diguncang, biji biasanya
berbunyi. Ketelatan waktu panen akan berakibat pada berkecambahnya biji di
dalam. Terdapat tiga perubahan warna kulit pada buah kakao yang menjadi
kriteria kelas kematangan buah di kebun – kebun yang mengusahakan kakao, yakni
:
·
Kelas kematangan A+, kuning tua pada seluruh permukaan buah
·
Kelas A, kuning pada seluruh permukaan buah
·
Kelas B, kuning pada alur buah dan punggung alur buah
·
Kelas C, kuning pada alur buah
Teknik memetik buah pada kakao
Untuk memanen
cokelat, digunakan pisau tajam. Jika letak buah terlalu tinggi, pisau disambung
dengan galah bamboo. Saat panen diusahakan tidak melukai batang/cabang.
Pemanenan buah cokelat hendaknya hanya dengan memotong tangkai buah tepat di
batang/caban yang ditumbuhi buah. Jika terdapat sisa tangkai buah, akan
menghambat pembungaan pada periode berikutnya.
Organisasi pemanenan
Pada areal yang
cukup luas biasanya disiapkan suatu organisasi dengan melibatkan tenaga kerja di bawah pimpinan mandor. Seorang
pemanen dapat memanen sekitar 1.500 buah cokelat setiap hari, sehingga
diperlukan perhitungan kebutuhan jumlah tenaga kerja yang sesuia tepat dengan
areal perkebunan. Penetapan upah tenaga kerja didasarkan atas prestasi pemanen,
produktivitas, dan tigkat harga biji cokelat.
Tabel 1 Karakteristik Klon Unggul Kakao
Karakteristik
|
Klon cokelat
|
||||
ICS 13
|
ICS 60
|
Hibrida
|
RCC 70
|
RCC 73
|
|
Habitus
tanaman
|
Besar
|
Besar
|
Besar
|
Sedang
|
Sedang
|
Hasil
persilangan
|
-
|
-
|
-
|
THS
858 X ICS 60
|
Pa
x UF 11
|
Daya
hasil biji kering
|
1.852
Kg/ha
|
1.500
kg/ha
|
2000
kg/ha
|
2.287
kg/ha
|
2.439
kg/ha
|
Berat
biji kering
|
1,03
g/biji
|
1,67
g/biji
|
1
g/biji
|
1,18
g/biji
|
1,16
g/biji
|
Ketahanan
terhadap HPT
|
-
|
-
|
-
|
Tahan
serangan Helopelthis sp.
|
Agak
toleran penyakit busuk buah
|
Warna
flush
|
Merah
tua
|
Merah
kekuningan
|
Merah
muda
|
Merah
|
Kuning
kemerahan
|
Bentuk
daun
|
Panjang
membulat
|
Panjanang
meruncing
|
Panjang
membulat
|
-
|
-
|
Ujng
daun
|
Meruncing
|
Meruncing
|
Meruncing
|
-
|
-
|
Pangkal
daun
|
Tumpul
|
Tumpul
|
Tumpul
|
-
|
-
|
Bentuk
buah
|
Bulat
memanjang
|
Bulat
memanjang
|
Bulat
memanjang
|
Agak
bulat
|
Agak
panjang
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar