IPB

IPB
Kampus pertanian

Jumat, 27 April 2012

Bududaya Tanaman Kakao

Tanaman Kakao

Tanaman kakao berasal dari Benua Amerika dan bukan tanaman asli Indonesia yang mempunyai iklim tropis. Decondole mengemukakan bahwa tanaman kakao tumbuh liar di hutan belantara lembah perairan di hulu sungai Amazone dan sungai Orinoco. Namun, pendapat ini menjadi kabur setelah tumbuh pohon kakao liar di hutan belantara Amerika Tengah, New Grenada dan di beberapa pulau di kepulauan Antille, yaitu Trinidad, Jamaica dan Martinique.
Tanaman kakao mulai dimasukkan ke Indonesia sekitar tahun 1560 oleh orang Spanyol melalui Sulawesi, lalu menyebar ke Minahasa. Pertanaman kakao dimulai pada waktu budidaya kopi sudah diusahakan sebagai budidaya pemerintah. Tanaman kakao mulai ditanam pada tahun 1826, tetapi ada juga kemungkinan bahwa tanaman kakao sudah ada beberapa dekade sebelumnya. Residen Jansen pada tahun 1853 menulis bahwa penduduk Minahasa menceritakan adanya penyakit tanaman kakao pada saat ditanam pertama kali di Minahasa.
Tahun 1845 tanaman kakao di Minahasa mengalami kehancuran, karena serangan hama penggerek buah (cacaomot), demikian juga di Ternate dan Ambon karena penyakit busuk buah yang disebabkan oleh Phytophtora.
Sejak tahun 1970 budidaya tanaman kakao mendapat perhatian yang lebih luas lagi hampir di seluruh Nusantara sehubungan dengan usaha disertivikasi budidaya di berbagai perkebunan besar. Pengembangan tanaman kakao bertujuan meningkatkan ekspor sehingga pada gilirannya devisa negara akan meningkat dan dapat memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri.

Sistematika tanaman kakao secara lengkap adalah sebagai berikut.
Divisi  : Spermatophyta
Anak divisi : Angiospermae
Kelas   : Dicotyledoneae
Bangsa  : Malvales
Famili  : Sterculiaceae
Genus  : Theobroma
Spesies : Theobroma cacao, L.

Daerah penyebaran perkebunan kakao (coklat), antara lain Jawa Tengah (Salatiga serta Cilacap) dan Sulawesi Seltan serta Sulawesi Tenggara.Sekitar tahun 1820 tanaman kakao mulai diperluas sebagai akibat meningkatnya permintaan dari Manila akan hasil kakao dari Minahasa. Selanjutnya tanaman tesebut menyebar ke Pulau Jawa.Akibat rendahnya harga kakao tahun 1996/97 lalu, menyebabkan banyak areal perkebunan kakao rakyat dikonversi ke jenis tanaman lain yang diaggap lebih menguntungkan, sehingga pada tahun 1997 luas areal perkebunan nasional mengalami penurunan 19,2%, yaitu dari tahun sebelumnya seluas 655.331 Ha menjadi 529,057 Ha. Semenjak saat itu pertumbuhan perkebunan kakao relatif rendah per tahunnya, sehingga pada tahun 2001 diperkirakan luas arealnya mencapai 669.211 Ha. Dari luas areal perkebunan kakao sebesar itu, sekitar 536.000 ha atau 80,1% merupakan pertanian rakyat.Sulawesi merupakan sentra produksi perkebunan kakao yang tahun 2001 luasnya diperkirakan mencapai 339.478 ha atau sekitar 50,7% dari total luas perkebunan kakao nasional. Sementara luas perkebunan kakao di Jawa hanya sekitar 61.040 ha atau kontribusinya hanya 9,1%. Dibandingkan dengan potensi lahan perkebunan kakao yang menurut Ditjen Perkebunan mencapai 119 juta Ha, potensi lahan di sentra produksi kakao yaitu Sulawesi Selatan hanya 4,2 juta Ha dan Sulawesi Tengah 4,2 juta Ha, sementara Irian Jaya potensi lahan perkebunannya paling besar seluas 19,9 juta Ha.Sejak tahun 1988, kebun kakao milik swasta maupun PTPN banyak mengalami kerusakan, baik akibat kemarau panjang tahun sebelumnya, aksi penjarahan, maupun kerusakan akibat serangan hama serta penyakit. Tingginya kurs US-dollar terhadap rupiah, di satu pihak memang telah memberikan nilai tambah yang luar biasa bagi ekspor produk-produk pertanian. Namun lain pihak, harga pupuk dan pestisida juga mengalami kenaikan yang luar biasa. Akibatnya, tanaman maupun buah kakao banyak yang mengalami kerusakan, karena hama serta penyakit tidak dapat tertanggulangi dengan baik. Dengan kondisi tersebut, produksi biji kakao tahun 1999 turun sekitar 1% dari 370.400 ton menjadi 367.475 ton. Begitu pula dua tahun berikutnya, pertumbuhan kakao lamban masing-masing hanya sekitar 1,8% per tahun. Sejalan dengan lambannya pertumbuhan produksi kakao di dalam negeri, stock kakao dunia mengalami penurunan akibat berkurangnya pasok dari negara produsen terbesar Pantai Gading yang tengah dilanda kemelut perang saudara di negaranya. Oleh sebab itu harga kakao dunia belakangan terkoreksi sangat tinggi, bahkan petani kakao bisa langsung menjual hasil panennya ke pedagang asing yang membuka usaha dagangnya di dalam negeri dengan harga yang sangat menarik.
Kesempatan infiltrasi pedagang asing itu sudah terjadi sejak 1998 lalu, dimana pemerintah Indonesia ketika itu menandatangani kesepakatan letter of intent (LoI) dengan IMF. Dalam satu pasal dari kesepakatan LoI tersebut, disebutkan bahwa setiap perusahaan asing yang bergerak dalam bidang perdagangan, baik perdagangan eceran (ritel), agen, grosiran maupun distributor dapat beroperasi secara langsung hingga kepelosok daerah di seluruh wilayah Indonesia dengan kepemilikan saham 100%. Sejalan dengan itu, mulailah banyak perusahaan perdagangan asing masuk ke Indonesia hingga ke pelosok sentra-sentra produksi, termasuk perusahaan trading company dan trading house yang bergerak dalam perdagangan komoditas pertanian dan perkebunan internasional seperti Cargill, ED & F man, Continaf, Nobel, dll.

Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikiancurahhujan,temperatur, dan sinar matahari menjadi bagian dari faktor iklim yang menentukan. Demikian juga faktor fisik dan kimia tanah yang erat kaitannya dengan daya tembus (penetrasi) dan kemampuan akar menyerap hara.Ditinjau dari wilayah penanamannya, kakao ditanam di daerahdaerah yang berada pada 1000 LU sampai dengan 1000 LS. Walaupun demikian penyebaran pertanaman kakao secara umum berada pada daerahdaerah antara 700 LU sampai dengan 1800 LS. Hal ini tampaknya eratkaitannya dengandistribusi curah hujan dan jumlah penyinaran matahari sepanjang tahun.

 Curah Hujan
Hal terpenting dari curah hujan yang berhubungan dengan pertanaman kakao adalah distribusinya sepanjang tahun. Hal tersebut berkaitan dengan masa pembentukan tunas muda dan produksi. Areal penanaman kakao yang ideal adalah daerahdaerah bercurah hujan 1.100   3.000 mm per tahun. Disamping kondisi fisik dan kimia tanah, curah hujan yang melebihi 4.500 mm per tahun tampaknya berkaitan dengan serangan penyakit busuk buah (black pods).Didaerah yang curah hujannya lebih rendah dari 1.200 mm per masih dapat ditanami kakao,tetapi dibutuhkan air irigasi. Hal ini disebabkan air yang hilang karena transpirasi akan lebih besar daripada air yang diterima tanaman dari curah hujan, sehingga tanaman perlu dipasok dengan air irigasi.Ditinjau dari tipr iklimnya, kakao sangat ideal ditanam pada daerahdaerah yang tipe iklimnya A (menurut Koppen) atau B (menurut Scmid dan Fergusson). Di daerahdaerah yang tipe iklimnya C (menurut Scmid dan Fergusson) kurang baik untuk penanaman kakao karena bulan keringnya yang panjang.

Temperatur
Pengaruh temperatur pada kakao erat kaitannya dengan ketersediaan air, sinar matahari, dan
kelembaban. Faktorfaktor tersebut dapat dikelola melalui pemangkasan, penanaman tanaman pelindung, dan irigasi. Temperatur sangat berpengaruh pada pembentukan flush, pembungaan, serta kerusakan daun.Temperatur ideal bagi pertumbuhan kakao adalah (maksimum) dan 1821(minimum). Temperatur yang lebih rendah dari 100 akan mengakibatkan gugur daun dan mengeringnya bunga, sehingga laju pertumbuhannya berkurang. Temperatur yang tinggi akan memacu , tetapi kemudian akan segera gugur.  

 Sinar Matahari
Lingkungan hidup alami tanaman kakao adalah hutan tropis yang di dalam pertumbuhannya
mebutuhkan naungan untuk mengurangi pencahayaan penuh. Cahaya matahari yang terlalu banyak menyoroti tanaman kakao akan mengakibatkan lilit batang kecil, daun sempit, dan tanaman relatif pendek.Kakao termasuk tanaman yang mampu berfotosintesis[2] pada suhu daun rendah. Fotosintesis maksimum diperoleh pada saat penerimaan cahaya pada tajuk sebesar 20% dari pencahayaan penuh.   Kejenuhan cahaya di dalam fotosintesis setiap daun kakao yang telah membuka sempurna berada pada kisaran 330 persen cahaya matahari penuh atau pada 15 persen cahaya matahari penuh. Hal ini berkaitan pula dengan pembukaan stomata yang menjadi lebih besar bila cahaya yang diterima lebih banyak.

 Tanah
Tanaman kakao dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, asal persyaratan fisik dan kimia tanah yang berperan terhadap pertumbuhan dan produksi kakao terpenuhi. Kemasaman tanah (pH), kadar zat organik, unsure hara, kapasitas adsorbsi, dan kejenuhan basa merupakan sifat kimia yang perlu diperhatikan, sedangkan faktor fisiknya adalah kedalaman efektif, tinggi permukaan air tanah, drainase, struktur, dan konsistensi tanah. Selain itu kemiringan lahan juga merupakan sifat fisik yang mempengaruhi pertumbuhan dan pertumbuhan kakao.

 Sifat Kimia Tanah
Tanaman kakao dapat tumbuh dengan baik pada tanaman yang memiliki pH 6  7,5; tidak lebih
tinggi dari 8 serta tidak lebih rendah dari 4; paling tidak pada kedalaman 1 meter. Hal ini disebabkan terbatasnya ketersediaan hara pada pH tinggi dan efek racun dari Al, Mn, dan Fe pada pH rendah. Disamping faktor keasaman, sifat kimia tanah yang juga turut berperan adalah kadar zat organik. Kadar zat organik yang tinggi akan meningkatkan laju pertumbuhan pada masa sebelum panen. Untuk itu zat organik pada lapisan tanah setebal 0  15 cm sebaiknya lebih dari 3 persen. Kadar tersebut setara dengan 1,75 persen unsur karbon yang dapat menyediakan hara dan air serta struktur tanah yang gembur.
Usaha meningkatkan kadar organik dapat dilakukan dengan memanfaatkan serasah sisa pemangkasan maupun pembenaman kulit buah kakao. Sebanyak 1.990 kg per ha per tahun daun gliricida yang jatuh memberikan hara nitrogen sebesar 40,8 kg per ha, fosfor 1,6 kg per ha, kalium 25 kg per ha, dan magnesium 9,1 kg per ha. Kulit buah kakao sebagai zat organic sebanyak 900 kg per ha memberikan hara yang setara dengan 29 kg urea, 9 kg RP, 56,6 kg MoP, dan 8 kg kieserit. Sebaiknya tanahtanah yang hendak ditanami kakao paling tidak juga mengandung kalsium lebih besar dari 8 Me  per 100 gram contoh tanah dan kalium sebesar 0,24 Me per 100 gram, pada kedalaman 0  15 cm.

Sifat Fisik Tanah
Tekstur tanah yang baik untuk tanaman kakao adalah lempung liat berpasir dengan komposisi 30  40 % fraksi liat, 50% pasir, dan 10  20 persen debu. Susunan demikian akan mempengaruhi ketersediaan air dan hara serta aerasi tanah. Struktur tanah yang remah dengan agregat yangmantap menciptakan gerakan air dan udara di dalam tanah sehingga menguntungkan bagi akar.
Tanah tipe latosol dengan fraksi liat yang tinggi ternyata sangat kurang menguntungkan tanaman kakao, sedangkan tanah regosol dengan tekstur lempung berliat walaupun mengandung kerikil masih baik bagi tanaman kakao.Tanaman kakao menginginkan solum tanah menimal 90 cm. Walaupun ketebalan solum tidak selalu mendukung pertumbuhan, tetapi solum tanah setebal itu dapat dijadikan pedoman umum untuk mendukung pertumbuhan kakao.
Kedalaman efektif terutama ditentukan oleh sifat tanah, apakah mampu menciptakan kondisi yang menjadikan akar bebas untuk berkembang. Karena itu, kedalaman efektif berkaitan dengan air tanah yang mempengaruhi aerasi dalam rangka pertumbuhan dan serapan hara.Untuk itu kedalaman air tanah disyaratkan minimal 3 meter.


Kriteria tanah yang tepat bagi tanaman kakao
Areal penanaman tanaman kakao yang baik tanahnya mengandung fosfor antara 257  550 ppm
berbagai kedalaman (0   127,5 cm), dengan persentase liat dari 10,8   43,3 persen; kedalaman efektif 150 cm; tekstur (ratarata 050 cm di atas) SC, CL, SiCL; kedalaman Gley dari permukaan tanah 150 cm; pHH2O (1:2,5) = 6 s/d 7; zat organik 4 persen; K.T.K ratarata 050 cm di atas 24 Me/100 gram; kejenuhan basa ratarata 0  50 cm di atas 50%.

Dalam budi daya tanaman cokelat terdapat beberapa teknik yang spesifik. Berikut diuraikan mengenai segala hal yang berhubungan dengen budi daya tanaman cokelat.
Ø  Penyediaan bibit
Agar produksi kakao yang dihasilkan tinggi, perlu digunakan benih yang berkualitas. Benih yang berkualitas dapat diperoleh dari kebun benih cokelat.  Selain biji, bibit cokelat juga dapat diperoleh denan cara perbanyakan vegetative, berupa sambung atau okulasi. Bahkan, saat ini sudah banyak tersedia bibit kakao yang dijual dan siap ditanam di lahan.

Ø  Penyediaan tanaman pelindung
Penanaman tanaman pelindung sangat penting dilakukan sebelum penanaman cokelat di lapang. Hal ini disebabkan tanaman cokelat membutuhkan naungan selama proses pertumbuhannya. 

Ø  Penanaman
Bibit kakao dapat ditanam pada umur 4-6 bulan. Penanaman bibit di pagi hari pada musim hujan ternyata lebih baik hasilnya jika sore atau malam harinya turun hujan daripada hujan turun 2 hari kemudian.

Ø  Pemeliharaan
Tanaman cokelat atau kakao perlu dipangkas, dipupuk, dan dikendalikan gulmanya. Kegiatan pemeliharaan tersebut perlu dilakukan untuk memperoleh pertumbuhan dan produksi maksimal.
·         Pemangkasan
Selama masa tanaman belum menghasilkan (TBM), pemeliharaan ditujukan untuk pembentukan cabang yang seimbang dan pertumbuhan vegetatif yang baik. Pohon pelindung sementara perlu dipangkas agar tidak menutupi tanaman cokelat. Pohon pelindung sementara sebaiknya memiliki tinggi kurang dari 1,5 m agar tanaman cokelat mendapatkan sinar matahari yang sesuai pertumbuhannya.
Pemupukan

·         Pemupukan
Kakao dipupuk setelah berumur 2 bulan di lapangan. Sisa pemangkasan dan kulit buah cokelat yang dibenamkan ke dalam tanah juga merupakan sumber hara bagi tanaman cokelat.

·         Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma pada areal pertanaman cokelat biasanya dilakukan pada masa TBM. Beberpa jenis gulma yang biasanya ada di areal pertanaman cokelat, antara lain, Paspalum conjugatum, Ageratum conyzoidea, Axonophus compressus, Eleusine indica, dan Mikania micrantha. Pengendalian gulma bisa dilakukan secara manual maupun kimiawi

Produksi tanaman cokelat di lapang dapat mengalami penurunan karena serangan hama dan penyakit. Di perkebunan cokelat dikenal adanya hama dan penyakit utama, yaitu hama/penyakit yang sering menggangu metabolisme tanaman  cokelat sehingga menurunkan pertumbuhan dan produktivitasnya.
1.       Hama
Beberapa hama utama yang sering ditemukan diareal pertanaman cokelat adalah sebagai berikut.
a.       Helopelthis sp. (Hemiptera: Miridae)
Helopelthis sp. merupakan jenis kepik yang menyerang buah dan pucuk muda.
b.       Conopomorpha cramerella (Lepidoptera:Gracillariidae)
Hama ini dikenal juga dengan nama penggerek buah cokelat (PBC). Buah muda yang terserang PBC mengalami perubahan warna sebelum matang.
c.        Zeuzera sp. (Lepidoptera: Cossidae)
Ada 2 spesies utama dari Zeuzera sp., yaitu Zeuzera coffeae dan Zeuzera rorycyanea. Serangannya menyebabkan daun mengalami nekrosis dan pucuk pada tanaman dewasa akan mati.

2.       Penyakit
Ada beberapa penyakit penting pada tanaman cokelat dan sering mengakibatkan turunnya produksi panen cokelat, yaitu sebagai berikut.
a)       Vascular Streak Dieback (VSD)
Penyakit VSD disebabkan oleh Oncobasidium theobromae. Pathogen ini hanya ada di wilayah penanaman cokelat di Asia Tenggara dan Melanesia.
b)       Phytophthora sp.
Infeksi akibat patogen ini dapat terjadi pada daun, tunas, batang, akar, dan bunga.




c)       Cocoa Swollen Shoot Virus (CSSV)
Gejala infeksi CSSV dapat dilihat pada batang, daun, akar, dan buah. Bang dan akar membengkak. Kambium membengkak dan sel-sel floem berubah bentuk dan ukurannya menjadi lebih besar.

Buah kakao bisa dipanen apabila terjadi perubahan warna kulit pada buah yang telah matang. Sejak fase pembuahan sampai menjadi buah dan matang, kakao memerlukan waktu sekitar 5 bulan. Buah kakao matang dicirikan oleh perubahan warna kulit buah dan biji yang lepas dari kulit bagian dalam. Bila buah diguncang, biji biasanya berbunyi. Ketelatan waktu panen akan berakibat pada berkecambahnya biji di dalam. Terdapat tiga perubahan warna kulit pada buah kakao yang menjadi kriteria kelas kematangan buah di kebun – kebun yang mengusahakan kakao, yakni :
·         Kelas kematangan A+, kuning tua pada seluruh permukaan buah
·         Kelas A, kuning pada seluruh permukaan buah
·         Kelas B, kuning pada alur buah dan punggung alur buah
·         Kelas C, kuning pada alur buah

Teknik memetik buah pada kakao
Untuk memanen cokelat, digunakan pisau tajam. Jika letak buah terlalu tinggi, pisau disambung dengan galah bamboo. Saat panen diusahakan tidak melukai batang/cabang. Pemanenan buah cokelat hendaknya hanya dengan memotong tangkai buah tepat di batang/caban yang ditumbuhi buah. Jika terdapat sisa tangkai buah, akan menghambat pembungaan pada periode berikutnya.

Organisasi pemanenan
Pada areal yang cukup luas biasanya disiapkan suatu organisasi dengan melibatkan tenaga  kerja di bawah pimpinan mandor. Seorang pemanen dapat memanen sekitar 1.500 buah cokelat setiap hari, sehingga diperlukan perhitungan kebutuhan jumlah tenaga kerja yang sesuia tepat dengan areal perkebunan. Penetapan upah tenaga kerja didasarkan atas prestasi pemanen, produktivitas, dan tigkat harga biji cokelat.

Tabel 1 Karakteristik Klon Unggul Kakao
Karakteristik
Klon cokelat
ICS 13
ICS 60
Hibrida
RCC 70
RCC  73
Habitus tanaman
Besar
Besar
Besar
Sedang
Sedang
Hasil persilangan
-
-
-
THS 858 X ICS 60
Pa x UF 11
Daya hasil biji kering
1.852 Kg/ha
1.500 kg/ha
2000 kg/ha
2.287 kg/ha
2.439 kg/ha
Berat biji kering
1,03 g/biji
1,67 g/biji
1 g/biji
1,18 g/biji
1,16 g/biji
Ketahanan terhadap HPT
-
-
-
Tahan serangan Helopelthis sp.
Agak toleran penyakit busuk buah
Warna flush
Merah tua
Merah kekuningan
Merah muda
Merah
Kuning kemerahan
Bentuk daun
Panjang membulat
Panjanang meruncing
Panjang membulat
-
-
Ujng daun
Meruncing
Meruncing
Meruncing
-
-
Pangkal daun
Tumpul
Tumpul
Tumpul
-
-
Bentuk buah
Bulat memanjang
Bulat memanjang
Bulat memanjang
Agak bulat
Agak panjang








[1] Divisio adalah pengklasifikasian suatu organisme.
[2][2] Fotosintesis adalah proses pembuatan makanan pada tumbuhan dengan bantuan sinar matahari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar