IPB

IPB
Kampus pertanian

Jumat, 27 April 2012

Budidaya Cengkih


Cengkih

Cengkih merupakan salah satu komoditas ekspor yang mempunyai prospek menjanjikan untuk peningkatan pendapatan masyarakat dan perolehan devisa negara. Bahkan, Indonesia tercatat pernah mengalami swasembada cengkih sekitar tahun 1990-an.
A. Mengenal Tanaman Cengkih
                Tanaman cengkih sangat populer di Indonesia. Tanaman ini sangat berperan dalam beberapa industri.
1. Asal-usul
                Ada beberapa pendapat mengenai asal negara cengkih. Pendapatan yang pertama menyebutkan bahwa cengkih berasal dari Filipina. Namun, ada juga yang menyebutkan cengkih berasal dari Pulau Makian di Maluku Utara. Selain dari Maluku, cengkih dianggap berasal dari Papua. Sampai abad ke-18, hanya Maluku satu-satunya daerah penghasil cengkih.
                Tahun 1769, bibit cengkih diselundupkan oleh seorang kapten dari Perancis ke Zanzibar, Pemba, dan Madagaskar. Tipe cengkih yang dikenal sebagai tipe Zanzibar sebenarnya berasal dari Indonesia. Awalnya Indonesia sebagai produsen dan pengekspor utama cengkih. Namun, sejak berkembangnya industri rokok kretek tahun 1930-an Indonesia berubah menjadi pengimpor, bahkan pengimpor cengkih yang terbesar. Tahun 1977 impor telah banyak berkurang. Pada tahun 2006-2008 ekspor cengkih lebih besar daripada impor. Artinya, saat ini Indonesia telah swasembada.
2. Klasifikasi dan Pengenalan Botani
                Berdasarkan klasifikasinya, cengkih termasuk kedalam famili Myrtaceae. Sistematika botanisnya secara lengkap diuraikan sebagai berikut.
Divisi                  :   Spermatophyta
Subdivisi           :   Angiospermae
                Kelas                 :   Dicotyledonae
                Ordo                  :   Mrytales
                Famili                :   Myrtaceae
                Genus               :   Eugenia
                Spesies             :   Eugenia aromatica, Syzigium aromaticum
               
                Pohon cengkih memiliki perakaran yang relatif kurang berkembang. Namun, bagian akar yang dekat dengan permukaan tanah banyak tumbuh bulu akar. Susunan akarnya, yaitu tudung akar, akar tunggang/akar primer, akar tunggang palsu, akar samping, dan bulu akar. Akar tunggang/akar primer berguna untuk tegaknya tanaman dan dapat meningkatkan penyerapan air dari lapisan tanah yang lebih dalam jika terjadi kekeringan. Akar tunggang palsu adalah akar yang tumbuh dibawah akar samping. Akar samping merupakan akar cabang yang telah membesar dan terletak mendatar di bawah permukaan tanah. Akar-akar samping ini disebut juga akar lebar.
                Batang pohon cengkih yang memiliki kayu yang keras. Bagian batang yang dekat dengan permukaan tanah biasanya tumbuh 2-3 batang induk yang kuat dan tegak lurus. Kebanyakan pohon cengkih bercabang panjang, padat, kuat, dan tumbuh horizontal atau vertikal pada batang utama. Pertumbuhan rantingnya sangat padat. Kulit kayu pada batang kasar dan berwarna abu-abu, kulit pada cabang dan ranting halus dan sangat tipis sehingga sukar dikelupas.
                Daun cengkih mempunyai ciri khas yang mudah dibedakan dengan tanaman yang lain. Bentuk daunnya bulat panjang dengan ujung meruncing, seperti jarum. Daun cengkih tebal,kuat, kenyal, dan licin. Umumnya daun yang masih muda berwarna kuning kehijauan bercampur dengan warna kemerah-merahan. Setelah dewasa, daun sebelah atas berwarna hijau kemerah-merahan dan mengilap, sedangkan sebelah bawah berwarna hijau suram. Daun tunggal dan duduk berhadapan. Simpul ketiak dan cabang pertama tumbuh tunas-tunas yang menjadi cabang kedua, begitu pula selanjutnya sehingga tumbuh ranting-ranting.
                Bunga cengkih tumbuh pada pucuk ranting. Bunga bertangkai pendek dan bertandan dengan panjang 4-5 cm. Biasanya pada tiap tandan sekaligus tumbuh 3 kelompok bunga. Cengkih dapat berbunga dua kali dalam setahun, yaitu periode I (Juni-Oktober) dan periode II (November-Januari). Bunga yang masih muda berwarna kelabu keunguan. Selanjutnya, bunga berubah menjadi kuning kehijauan dan akhirnya berwarna merah muda. Pada permukaan badan bunga terdapat beberapa kelenjar minyak yang dapat menghasilkan minyak cengkih.
3. Varietas Unggul
                Untuk mendapatkan hasil yang maksimal sesuai dengan keadaan lingkungan, perlu digunakan varietas unggul. Berikut ini disajikan beberapa varietas unggul cengkih beserta sifat-sifat keunggulannya (Tabel 2).
Karakteristik
Varietas
Siputih
Sikotok
Zanzibar
Helai daun
-   Helai daun
-                        Berwarna kuning atau hijau muda
-  Helai daun kecil.
-                         Berwarna hijau sampai hijau tua kehitam-hitaman dan lebih mengilap.
-  Bentuk daun panjang ramping
-  Berwarna hijau gelap.
Percabangan
-   Cabang kurang rimbun
-           - Cabang rimbun dan rendah.
-           - Semua ranting tertutup daun.

Perbungaan
-   Bunga besar.
-   Berwarna kuning.
-                   - Tiap rumpun terdiri dari belasan bunga.
-                     - Bunga kuning kemerahan.
-  Tiap rumpun terdiri dari 20-50 bunga.
-                 -Bunga berwarna lebih merah dengan produksi lebih tinggi.
Potensi produksi (kg bunga basah/pohon/th).
3,0-6,5

2,9-11

Sumber: Departemen Pertanian, 2010


4. Penyebaran
                Daerah perkebunan cengkih tersebar di Nangroe Aceh Darussalam, Sumatra Utara (Tapanuli), Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah (Banyumas serta Temanggung), Sulawesi Utara (Minahasa), Sulawesi Selatan, dan Maluku.
5. Manfaat
                Cengkih yang telah kering sebagian besar untuk mencukupi kebutuhan pembuatan rokok kretek. Kuntum bunganya dapat dijual dalam bentuk kering utuh, serbuk oleoresin, atau minyak. Minyak dari hasil sulingan serbuk kuntum cngkih kering dapat digunakan sebagai bahan baku industri farmasi, penyedap masakan, dan wangi-wangian. Selain bunganya, daun cengkih dapat dimanfaatkan sebagai minyak. Di pasar Internasional minyak daun cengkih adalah penghasil eugenol yang relatif murah untuk membuat vanili sintetik.

B. Syarat Tumbuh
                Tanaman cengkih dapat tumbuh pada daerah yang terletak antara 20o LU dan 20o LS dengan suhu udara rata-rata antara 21o-35o C. Ketinggian tempat ideal untuk tanaman cengkih adalah 200-300 m dpl. Oleh karena itu, tanaman dapat tumbuh dan produktif di dataran rendah. Di daerah dataran tinggi tanaman akan lambat atau tidak berproduksi.
                Tanaman cengkih menghendaki iklim dengan curah hujan yang merata sepanjang tahun. Curah hujan berpengaruh besar pada pertumbuhan dan kualitas cengkih. Pada bulan kering, tanaman cengkih menghendaki curah hujan sekitar 60-80 mm/bulan. Dengan kata lain, tanaman cengkih menghendaki bulan basah 9 bulan dan bulan kering 3 bulan dengan curah hujan tahunan berkisar 2.000-3.500 mm per tahun. Tanaman cengkih tidak tahan terhadap musim kemarau yang panjang.
                Secara umum, tanaman cengkih dapat tumbuh baik pada tanah dengan tingkat kesuburan sedang. Tanaman ini menghendaki struktur tanah yang gembur dan solum yang dalam. Selain itu, cengkih juga menyukai tanah yang drainasenya baik. Tingkat keasaman tanah (pH) yang sesuai untuk tanaman ini, yaitu 5,5-6,5. Lahan yang dipilih untuk tanaman cengkih sebaiknya bertopografi agak miring supaya air bisa mengalir lancar dan tidak menggenang. Namun, tanah datar pun tidak menutup kemungkinan untuk ditanami tanaman cengkih. Asalkan, drainasenya baik dengan kedalaman air tanah lebih dari 3 m dan tidak ada lapisan kedap air. Masalah drainase dapat diatasi dengan dibuatnya rorak atau got angin. Rorak ini berguna untuk menghambat lepasnya air hujan dan menampung larutan tanah halus serta untuk menimbun pupuk hijau serta sisa-sisa tanaman lain.

C. Budi Daya
                Tanaman cengkih dapat tumbuh baik di Indonesia. Berikut ini uraian tahapan dalam budidaya cengkih.
1. Penyediaan Bibit
                Peranan bibit sangat menentukan untuk memperoleh hasil yang optimal. Umumnya tanaman cengkih diperbanyak melalui biji. Biji tersebut disemaikan terlebih dahulu sebelum ditanam dilahan.
                Penyemaian dimulai dengan persiapan tempat pembibitan, yaitu pengolahan lahan dan pembuatan bedengan. Bedengan dibuat dengan tinggi sekitar 30-50 cm dari permukaan tanah. Lebar bedengan 1,5-2 m dengan panjang disesuaikan dengan lahan yang ada untuk tempat pesemaian serta kebutuhan bibit. Tempat pembibitan perlu diberi naungan untuk melindungi dari teriknya matahari serta terpaan air hujan secara langsung. Tujuannya agar bedengan tidak rusak dan menghindari terlalu tingginya laju transpirasi.
                Penanaman benih dilakukan dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm untuk pemindahan umur satu tahun. Sementara itu, untuk pemindahan 2 tahun digunakan jarak tanam 30 cm x 30 cm. Media yang digunakan untuk menyemai harus gembur, bebas dari penyakit, dan tetap lembab. Bibit tanaman cengkih mulai dipindah ke kebun jika tinggi tanaman telah mencapai minimal 60 cm untuk umur setahun, sedangkan yang berumur dua tahun telah mencapai 125-150 cm.
                 Cara lain persiapan bibit adalah menyemaikan benih di bedengan sampai umur 3-4 bulan. Selanjutnya, benih dipindah ke polibag untuk dipelihara di kebun pembibitan hingga berumur 1-2 tahun. Jarak antarpolibag berkisar 60 cm x 60 cm dampai 80 cm x 80 cm.
                Perbanyakan tanaman cengkih secara vegetatif belum pernah memperlihatkan hasil yang memuaskan. Hal ini kemungkinan karena pohonnya yang rimbun dan perakaran yang kurang kuat. Sehingga kurang tahan jika ada angin yang terlalu besar. Walaupun demikian, usaha perbanyakan secara vegetatif terus dilakukan untuk mendapatkan hasil yang optimal.
2. Persiapan Lahan
                Lahan harus sudah dipersiapkan minimal 6 bulan sebelum tanam. Tahap persiapan lahan dimulai dengan land clearing, yaitu pembersihan lahan dari pepohonan dan semak-semak. Untuk penanaman tanaman cengkih, tidak perlu pembajakan atau penggaruan, cukup menggali tanah sekeliling ajir. Ajir merupakan sebagai tanda jarak tanam. Jika kemiringan agak curam, lahan harus dibuat teras bangku (bangku seperti kursi). Untuk kemiringan landai, dibuat teras guludan.
                Lubang tanam dibuat 3-6 bulan sebelum tanam. Tujuannya untuk memperbaiki struktur tanah, menghilangkan senyawa yang beracun, dan membunuh bibit penyakit. Lubang dibuat berukuran 0,8 m x 0,8 m x 0,8 m. Diantara lubang tanam dibuat parit-parit drainase untuk mencegah air tergenang. Tanah galian dibagi 2, yaitu tanah bagian atas (top soil) dan bawah (subsoil). Tiga sampai empat minggu sebelum ditanam, tanah bagian atas dimasukkan ke dalam lubang. Sementara itu, tanah bagian bawah dicampur dahulu dengan 5-10 kg pupuk kandang atau kompos yang sudah jadi dan 150-200 g dolomit, lalu dimasukkan ke dalam lubang. Lubang yang sudah ditimbun media tanam diandai dengan bambu untuk memudahkan mencarinya sewaktu akan menanam. Untuk tanah yang pH-nya kurang dari 5,5 disarankan diberi kapur pertanian sebanyak 0,4-1 kg per pohon dan diulang setiap 2-3 tahun.
                Penanaman tanaman cengkih dapat diberi tanaman pelindung, seperti Flemingia sp. dan Moghania macrophlya. Tujuannya untuk mengurangi erosi. Tanaman pelindung ditanam 4-5 bulan sebelum tanam dan dipertahankan sampai cengkih berumur 2-3 tahun. Untuk barisan tanaman pelindung yang berhadapan dengan tanaman cengkih, perlu dibuat parit sedalam 0,2-0,25 cm.
3. Penanaman
                Penanaman cengkih dilapangan dilakukan dengan jarak tanam minimal 8 m x 8 m. Tujuannya agar tanaman cengkih dapat bertahan sampai umur 20 tahun. Setelah 20 tahun, terjadi kompetisi dalam pemanfaatan sinar matahari. Untuk mengurangi kompetisi tersebut, jarak tanam dapat di perlebar hingga 10 m x 10 m pada tanah subur. Hal ini disebabkan tanaman cengkih pada tanah yang subur lebih cepat tumbuh.
                Ukuran lubang tanam yang umum digunakan untuk penanaman tanaman cengkih adalah 0,8 m x 0,8 m x 0,8 m dan 1 m x 1 m x 1 m. Apabila terdapat lapisan kedap air  pada dasar lubang, harus dihilangkan agar pertumbuhan akar dapat berkembang normal. Sebelum dilakukan penanaman, akar tanaman harus diperiksa terlebih dahulu. Akar tunggang yang patah dan bengkok harus dipotong.
                Bibit yang telah disiapkan dimasukkan kedalam lubang tanam denga hati-hati. Tanah media pada bibit dalam polibag diusahakan tidak pecah ketika dimasukkan kedalam lubang. Setelah ditanam, tanah di sekitar media bibit dipadatkan agar bibit tumbbuh tegak.
4. Pemeliharaan
                Pemeliharaan tanaman cengkih di lapangan sejak ditanam sampai umur 4 tahun harus dilakukan secara intensif. Umur tersebut merupakan masa kritis bagi tanaman cengkih. Pemeliharaan tanaman cengkih meliputi penyulaman dan penyiraman, penyiangan, pemupukan, serta penggemburan tanah.
a. Penyulaman dan penyiraman
                Penyulaman dilakukan hingag tanaman berumur 2 tahun. Oleh karena itu, selama dua tahun pertama, tanaman harus selalu diamati. Jika ada yang mati, tanaman cengkih harus segera diganti dengan bibit tanaman baru yang baik. Begitu pula dengan penyiraman. Penyiraman pada bibit yang baru ditanam dilakukan pada sore hari setiap 2-3 hari sekali, terutama saat musim kemarau.
b. Penyiangan
                Penyiangan perlu dilakukan agar gulma tidak menjadi pesaing tanaman cengkih dalam mendapatkan unsur hara. Penyiangan dapat dilakukan pada awal dan akhir musim hujan. Bersamaan dengan penyiangan, perlu dilakukan penggemburan tanah, terutama tanah yang padat dan berat.
c. Pemupukan
                Untuk meningkatkan ketersediaan unsur hara, perlu dilakukan pemupukan pada tanaman. Pupuk kandang diberikan minimal sekalli dengan dosis 30-60 kg pohor per tahun. Cara pemberiannya dengan membuat alur pupuk melingkar sejauh bentuk kanopi terluar tanaman cengkih. Selain pupuk kandang, pupuk lain yang diberikan untuk menambah unsur hara pada tanaman cengkih, yaitu pupuk NPK, urea, atau ZA. Pemupukan ini dilakukan dua kali dalam satu tahun, yaitu awal musim hujan dan awal musim kemarau.
d. Penggemburan tanah
                Agar tanaman cengkih dapat berproduksi maksimal, perlu dilakukan penggemburan tanah, yaitu dengan pencangkulan dan pembalikan tanah. Drainase dan pembalikan tanah diperlukan untuk mencegah pembusukan akar oleh mikroba terutama cendawan akar. Pembalikan tanah juga dapat berfungsi untuk mengganti dan memperbaiki siklus pemakaian unsur hara oleh tanaman.

D. Pengendalian Hama dan Penyakit
                Hama dan penyakit utama yang sering menurunkan produktivitas tanaman cengkih adalah sebagai berikut.

1. Hama
a. Pengisap daun cengkih (Helopeltis sp.)
                Gejala serangan hama helopeltis sp.berupa bintik-bintik coklat pada permukaan daun. Serangan ini dapat terjadi pada pohon yang merana. Jika serangan berat, daun akan sangat menderita. Pengendaliannya dengan menyemprotkan insektisida kontak atau mengolesi pangkal batang dengan insektisida sistemik sera memotong ujung-ujung ranting yang mati agar tumbuh tunas baru yang lebih baik.
b. Rayap
                Hama ini menyerang tanaman cengkih yang masih muda dan baru ditanam, tanaman yang kurang sehat, dan tanama di persemaian. Hal tersebut dapat diantisipasi dengan menyemprotkan racun anti rayap pada lubang tanam sebelum dilakukan penanaman. Selain insektisida, pengendalian dapat menggunakan afval tembakau dari pabrik rokok yang telah dicampur dengan cengkih. Disamping mengendalikan rayap, afval tembakau mengandung humus yang dapat meningkatkan kesuburan tanah. Cara lain untuk mengendalikan serangan rayap adalah menggunakan insektisida dengan bahan aktif klor organik.

2. Penyakit
                Selain hama, penyakit juga menjadi masalah penting yang berperan serta dalam penurunan produktivitas tanaman cengkih. Beberapa penyakit yang banyak dikenal pada tanaman cengkih, antara lain penyakit cacar daun, busuk akar, dan mati bujang/gadis.
a. Cacar daun
                Penyakit cacar daun disebabkan oleh cendawan Phylosticta sp. gejala yang ditimbulkan berupa bercak-bercak yang menggelembung, seperti cacar. Bercak nampak jelas pada daun yang masih muda atau daun yang terserang sejak muda. Sementara itu, serangan pada daun tua berupa bercak transparan. Serangan yang berat dapat mengakibatkan daun berkerut dan mengeriting. Penyakit ini dapat menyerang tangkai daun, bunga dan buah.
                Pengendalian penyakit cacar adalah :
1. Daun-daun yang berguguran dikumpulkan, lalu dibakar di tempat itu juga dan dikubur dalam-dalam
2. tanaman yang sakit maupun tidak, segera disemprot dengan fungisida yang berbahan aktif maneb. Penyemprotan bisa diulangi sepuluh hari sekali selama 3 bulan atau sampai tanaman tidak menunjukkan gejala lagi.
3. pemupukan pada periode selanjutnya harus sedikit ditambah dosisnya. Tujuannya agar kondisi tanaman yang baru sakit segera pulih kembali. Apabila yang terserang cukup parah, sebaiknya tanaman ditebang dan diganti tanaman cengkih bari tipe unggul.
b. Busuk akar
                Penyakit ini disebabkan oleh kondisi tanah yang berdrainase kurang baik atau dekat dengan sumber air. Gejala yang ditimbukan adalah pohon tidak sehat, daunnya jarang, dan banyak ranting yang kering.
c. Penyakit mati bujang/gadis
                Penyebab penyakit mati bujang adalah bakteri Xib (xylem limited bacterium). Gejala penyakit ini adalah ranting-ranting tanaman gundul dan mengering, mulai dari bagian ujung mahkota sampai ke pangkal pohon. Waktu yang diperlukan sejak gejala awal sampai kematian berkisar 3-5 tahun, tergantung kondisi tanamannya. Matinya ranting oleh penyakit ini karena tersumbatnya pembuluh xilem pada akar sehingga unsu hara yang diserap tidak dapat didistribusikan ke bagian tajuk tanaman.
                Pengendalian penyakit mati bujang adalah :
-          Serangan penyakit ini dapat dicegah dengan pengaturan darinase yang baik, penggemburan tanah, serta perawatan yang memadai terutama pemupukan setelah panen besar.
-          Pada tanaman yang terlanjur terserang tidak boleh diberikan pupuk buatan untuk sementara. Sebagai gantinya, bisa digunakan pupuk daun untuk menambah dosis pupuk organik. Tindakan ini biasanya dapat menyembuhkan tanaman yang tingkat serangannya belum parah.

E. Panen
                Bagian tanaman cengkih yang dipanen adalah bunganya. Pemanenan harus dilakukan pada saat yang tepat, yaitu saat bunga berwarna pucat(hijau kekuningan). Bunga yang dipanen adalah bunga yang masih kuncup, kepala bunganya bundar, berisi, dan mengilap. Jika pemetikan terlambat, bunga akan membuka sehingga kualitasnya menjadi rendah. Pemetikan dilakukan pada saat bunga sudah berumur 6 bulan sejak keluar dari bakal bunga. Pemetikan terlalu awal menyebabkan rendemen rendah dan kadar minyak pun sedikit. Namun, jika pemanenan  terlambat, bunga cengkih telah mekar atau membengkak. Bunga yang telah mekar atau membengkak mempunyai rasa, aroma, dan kualitas  yang menurun.
                Cara yang bisa dilakukan untuk pemanenan adalah memetik  rumpun bunga dengan  kuku atau semacam pisau atau gunting di atas daun terakhir. Hal ini bertujuan untuk menghindari terbuangnya daun dan untuk memperbanyak jumlah tunas baru yang keluar dari bekas pemetikan bunga. Pemetikan harus dilakukan dengan menggunakan tangga karena pohonnya tinggi.
                Masaknya bunga dalam satu pohon tidak bersamaan sehingga pemanenan pada satu pohon dapat dilakukan 3-4 kali dalam rentang waktu 10-14 hari. Tanaman cengkih mengenal adanya tahun besar, yaitu tahun dengan pembungaan lebat, 80%, atau lebih dari seluruh pucuk berbunga dan jumlah dalam tiap rumpun juga berbeda. Biasanya tahun besar terjadi sesudah adanya musim kemarau panjang, lalu diikuti oleh tahun kecil pada tahun berikutnya.
                Satu bulan belum dilakukan pemanenan, sebaiknya tanaman diberi pupuk urea. Di tengah-tengah masa pemetikan atau segera setelah pemetikan selesai, pohon-pohon diberi pupuk daun, seperti Wuchsal dan Gandasil, sebanyak 5-10 kali dengan frekuensi 7-10 hari sekali, tergantung kondisi pohon yang akan dipanen. Tanah yang telah memadat di bawah kanopi akibat bekas pijakan pemanen sebaiknya digemburkan lagi tanpa merusak perakaran. Selanjutnya, tanah tersebut diberi mulsa atau kompos pada musim kemarau dan disiram.

F. Pascapanen
                Bunga cengkih yang sudah dipanen sebaiknya langsung diolah agar kesegarannya tetap terjaga. Bunga cengkih yang telah dipetik dipisahkan dari gagangnya. Kegiatan ini harus dilakukan dengan teliti. Bunga yang dipetik jangan sampai tercampur dengan gagang. Jika persentase gagang melebihi 5%, cengkih termasuk ke dalam kualitas II. Demikian pula sebaliknya, jangan sampai bunga tercampur dengan gagang karena harga gagang sangat rendah, yaitu 1/8-1/10 harga bunga cengkih.
                Setelah dilakukan pemisahan, bunga cengkih dimasukkan kedalam karung untuk diperam selama satu malam. Tujuannya agar bunga cengkih tampak berwarna coklat. Bunga cengkih yang diperam lebih cepat kering daripada cengkih yang tidak diperam. Selain itu, warnanya juga lebih hitam. Namun, kelemahan dengan pemeraman adalah rendemen yang dihasilkan lebih rendah. Setelah diperam, bunga cengkih dikeringkan.
                Umumnya pengeringan cengkih dilakukan di bawah sinar matahari dengan alas berupa tampah atu tikar bambu. Lama pengeringan tergantung dari teriknya sinar matahari dan ketebalan lapisan cengkih yang dijemur. Biasanya 5-7 hari dijemur, cengkih dan gagang telah kering. Cengkih yang sudah cukup kering (kadar air sekitar 12%) mudah dipatahkan. Cengkih tersebut siap disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama dan beratnya tidak akan susut. Pengeringan juga dapat dilakukan dengan mesin pengering. Namun, mesin pengering ini mempunyai kelemahan, yaitu biaya yang dikeluarkan terlalu besar dan cengkih yang dikeringkan tidak dapat mencapai kering patah. Adapun keuntungannya adalah cengkh dapat disimpan hingga 1 bulan tanpa merusak kualitas cengkih dan dapat dikeringkan lagi dengan penyinaran matahari.

Bududaya Tanaman Kakao

Tanaman Kakao

Tanaman kakao berasal dari Benua Amerika dan bukan tanaman asli Indonesia yang mempunyai iklim tropis. Decondole mengemukakan bahwa tanaman kakao tumbuh liar di hutan belantara lembah perairan di hulu sungai Amazone dan sungai Orinoco. Namun, pendapat ini menjadi kabur setelah tumbuh pohon kakao liar di hutan belantara Amerika Tengah, New Grenada dan di beberapa pulau di kepulauan Antille, yaitu Trinidad, Jamaica dan Martinique.
Tanaman kakao mulai dimasukkan ke Indonesia sekitar tahun 1560 oleh orang Spanyol melalui Sulawesi, lalu menyebar ke Minahasa. Pertanaman kakao dimulai pada waktu budidaya kopi sudah diusahakan sebagai budidaya pemerintah. Tanaman kakao mulai ditanam pada tahun 1826, tetapi ada juga kemungkinan bahwa tanaman kakao sudah ada beberapa dekade sebelumnya. Residen Jansen pada tahun 1853 menulis bahwa penduduk Minahasa menceritakan adanya penyakit tanaman kakao pada saat ditanam pertama kali di Minahasa.
Tahun 1845 tanaman kakao di Minahasa mengalami kehancuran, karena serangan hama penggerek buah (cacaomot), demikian juga di Ternate dan Ambon karena penyakit busuk buah yang disebabkan oleh Phytophtora.
Sejak tahun 1970 budidaya tanaman kakao mendapat perhatian yang lebih luas lagi hampir di seluruh Nusantara sehubungan dengan usaha disertivikasi budidaya di berbagai perkebunan besar. Pengembangan tanaman kakao bertujuan meningkatkan ekspor sehingga pada gilirannya devisa negara akan meningkat dan dapat memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri.

Sistematika tanaman kakao secara lengkap adalah sebagai berikut.
Divisi  : Spermatophyta
Anak divisi : Angiospermae
Kelas   : Dicotyledoneae
Bangsa  : Malvales
Famili  : Sterculiaceae
Genus  : Theobroma
Spesies : Theobroma cacao, L.

Daerah penyebaran perkebunan kakao (coklat), antara lain Jawa Tengah (Salatiga serta Cilacap) dan Sulawesi Seltan serta Sulawesi Tenggara.Sekitar tahun 1820 tanaman kakao mulai diperluas sebagai akibat meningkatnya permintaan dari Manila akan hasil kakao dari Minahasa. Selanjutnya tanaman tesebut menyebar ke Pulau Jawa.Akibat rendahnya harga kakao tahun 1996/97 lalu, menyebabkan banyak areal perkebunan kakao rakyat dikonversi ke jenis tanaman lain yang diaggap lebih menguntungkan, sehingga pada tahun 1997 luas areal perkebunan nasional mengalami penurunan 19,2%, yaitu dari tahun sebelumnya seluas 655.331 Ha menjadi 529,057 Ha. Semenjak saat itu pertumbuhan perkebunan kakao relatif rendah per tahunnya, sehingga pada tahun 2001 diperkirakan luas arealnya mencapai 669.211 Ha. Dari luas areal perkebunan kakao sebesar itu, sekitar 536.000 ha atau 80,1% merupakan pertanian rakyat.Sulawesi merupakan sentra produksi perkebunan kakao yang tahun 2001 luasnya diperkirakan mencapai 339.478 ha atau sekitar 50,7% dari total luas perkebunan kakao nasional. Sementara luas perkebunan kakao di Jawa hanya sekitar 61.040 ha atau kontribusinya hanya 9,1%. Dibandingkan dengan potensi lahan perkebunan kakao yang menurut Ditjen Perkebunan mencapai 119 juta Ha, potensi lahan di sentra produksi kakao yaitu Sulawesi Selatan hanya 4,2 juta Ha dan Sulawesi Tengah 4,2 juta Ha, sementara Irian Jaya potensi lahan perkebunannya paling besar seluas 19,9 juta Ha.Sejak tahun 1988, kebun kakao milik swasta maupun PTPN banyak mengalami kerusakan, baik akibat kemarau panjang tahun sebelumnya, aksi penjarahan, maupun kerusakan akibat serangan hama serta penyakit. Tingginya kurs US-dollar terhadap rupiah, di satu pihak memang telah memberikan nilai tambah yang luar biasa bagi ekspor produk-produk pertanian. Namun lain pihak, harga pupuk dan pestisida juga mengalami kenaikan yang luar biasa. Akibatnya, tanaman maupun buah kakao banyak yang mengalami kerusakan, karena hama serta penyakit tidak dapat tertanggulangi dengan baik. Dengan kondisi tersebut, produksi biji kakao tahun 1999 turun sekitar 1% dari 370.400 ton menjadi 367.475 ton. Begitu pula dua tahun berikutnya, pertumbuhan kakao lamban masing-masing hanya sekitar 1,8% per tahun. Sejalan dengan lambannya pertumbuhan produksi kakao di dalam negeri, stock kakao dunia mengalami penurunan akibat berkurangnya pasok dari negara produsen terbesar Pantai Gading yang tengah dilanda kemelut perang saudara di negaranya. Oleh sebab itu harga kakao dunia belakangan terkoreksi sangat tinggi, bahkan petani kakao bisa langsung menjual hasil panennya ke pedagang asing yang membuka usaha dagangnya di dalam negeri dengan harga yang sangat menarik.
Kesempatan infiltrasi pedagang asing itu sudah terjadi sejak 1998 lalu, dimana pemerintah Indonesia ketika itu menandatangani kesepakatan letter of intent (LoI) dengan IMF. Dalam satu pasal dari kesepakatan LoI tersebut, disebutkan bahwa setiap perusahaan asing yang bergerak dalam bidang perdagangan, baik perdagangan eceran (ritel), agen, grosiran maupun distributor dapat beroperasi secara langsung hingga kepelosok daerah di seluruh wilayah Indonesia dengan kepemilikan saham 100%. Sejalan dengan itu, mulailah banyak perusahaan perdagangan asing masuk ke Indonesia hingga ke pelosok sentra-sentra produksi, termasuk perusahaan trading company dan trading house yang bergerak dalam perdagangan komoditas pertanian dan perkebunan internasional seperti Cargill, ED & F man, Continaf, Nobel, dll.

Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikiancurahhujan,temperatur, dan sinar matahari menjadi bagian dari faktor iklim yang menentukan. Demikian juga faktor fisik dan kimia tanah yang erat kaitannya dengan daya tembus (penetrasi) dan kemampuan akar menyerap hara.Ditinjau dari wilayah penanamannya, kakao ditanam di daerahdaerah yang berada pada 1000 LU sampai dengan 1000 LS. Walaupun demikian penyebaran pertanaman kakao secara umum berada pada daerahdaerah antara 700 LU sampai dengan 1800 LS. Hal ini tampaknya eratkaitannya dengandistribusi curah hujan dan jumlah penyinaran matahari sepanjang tahun.

 Curah Hujan
Hal terpenting dari curah hujan yang berhubungan dengan pertanaman kakao adalah distribusinya sepanjang tahun. Hal tersebut berkaitan dengan masa pembentukan tunas muda dan produksi. Areal penanaman kakao yang ideal adalah daerahdaerah bercurah hujan 1.100   3.000 mm per tahun. Disamping kondisi fisik dan kimia tanah, curah hujan yang melebihi 4.500 mm per tahun tampaknya berkaitan dengan serangan penyakit busuk buah (black pods).Didaerah yang curah hujannya lebih rendah dari 1.200 mm per masih dapat ditanami kakao,tetapi dibutuhkan air irigasi. Hal ini disebabkan air yang hilang karena transpirasi akan lebih besar daripada air yang diterima tanaman dari curah hujan, sehingga tanaman perlu dipasok dengan air irigasi.Ditinjau dari tipr iklimnya, kakao sangat ideal ditanam pada daerahdaerah yang tipe iklimnya A (menurut Koppen) atau B (menurut Scmid dan Fergusson). Di daerahdaerah yang tipe iklimnya C (menurut Scmid dan Fergusson) kurang baik untuk penanaman kakao karena bulan keringnya yang panjang.

Temperatur
Pengaruh temperatur pada kakao erat kaitannya dengan ketersediaan air, sinar matahari, dan
kelembaban. Faktorfaktor tersebut dapat dikelola melalui pemangkasan, penanaman tanaman pelindung, dan irigasi. Temperatur sangat berpengaruh pada pembentukan flush, pembungaan, serta kerusakan daun.Temperatur ideal bagi pertumbuhan kakao adalah (maksimum) dan 1821(minimum). Temperatur yang lebih rendah dari 100 akan mengakibatkan gugur daun dan mengeringnya bunga, sehingga laju pertumbuhannya berkurang. Temperatur yang tinggi akan memacu , tetapi kemudian akan segera gugur.  

 Sinar Matahari
Lingkungan hidup alami tanaman kakao adalah hutan tropis yang di dalam pertumbuhannya
mebutuhkan naungan untuk mengurangi pencahayaan penuh. Cahaya matahari yang terlalu banyak menyoroti tanaman kakao akan mengakibatkan lilit batang kecil, daun sempit, dan tanaman relatif pendek.Kakao termasuk tanaman yang mampu berfotosintesis[2] pada suhu daun rendah. Fotosintesis maksimum diperoleh pada saat penerimaan cahaya pada tajuk sebesar 20% dari pencahayaan penuh.   Kejenuhan cahaya di dalam fotosintesis setiap daun kakao yang telah membuka sempurna berada pada kisaran 330 persen cahaya matahari penuh atau pada 15 persen cahaya matahari penuh. Hal ini berkaitan pula dengan pembukaan stomata yang menjadi lebih besar bila cahaya yang diterima lebih banyak.

 Tanah
Tanaman kakao dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, asal persyaratan fisik dan kimia tanah yang berperan terhadap pertumbuhan dan produksi kakao terpenuhi. Kemasaman tanah (pH), kadar zat organik, unsure hara, kapasitas adsorbsi, dan kejenuhan basa merupakan sifat kimia yang perlu diperhatikan, sedangkan faktor fisiknya adalah kedalaman efektif, tinggi permukaan air tanah, drainase, struktur, dan konsistensi tanah. Selain itu kemiringan lahan juga merupakan sifat fisik yang mempengaruhi pertumbuhan dan pertumbuhan kakao.

 Sifat Kimia Tanah
Tanaman kakao dapat tumbuh dengan baik pada tanaman yang memiliki pH 6  7,5; tidak lebih
tinggi dari 8 serta tidak lebih rendah dari 4; paling tidak pada kedalaman 1 meter. Hal ini disebabkan terbatasnya ketersediaan hara pada pH tinggi dan efek racun dari Al, Mn, dan Fe pada pH rendah. Disamping faktor keasaman, sifat kimia tanah yang juga turut berperan adalah kadar zat organik. Kadar zat organik yang tinggi akan meningkatkan laju pertumbuhan pada masa sebelum panen. Untuk itu zat organik pada lapisan tanah setebal 0  15 cm sebaiknya lebih dari 3 persen. Kadar tersebut setara dengan 1,75 persen unsur karbon yang dapat menyediakan hara dan air serta struktur tanah yang gembur.
Usaha meningkatkan kadar organik dapat dilakukan dengan memanfaatkan serasah sisa pemangkasan maupun pembenaman kulit buah kakao. Sebanyak 1.990 kg per ha per tahun daun gliricida yang jatuh memberikan hara nitrogen sebesar 40,8 kg per ha, fosfor 1,6 kg per ha, kalium 25 kg per ha, dan magnesium 9,1 kg per ha. Kulit buah kakao sebagai zat organic sebanyak 900 kg per ha memberikan hara yang setara dengan 29 kg urea, 9 kg RP, 56,6 kg MoP, dan 8 kg kieserit. Sebaiknya tanahtanah yang hendak ditanami kakao paling tidak juga mengandung kalsium lebih besar dari 8 Me  per 100 gram contoh tanah dan kalium sebesar 0,24 Me per 100 gram, pada kedalaman 0  15 cm.

Sifat Fisik Tanah
Tekstur tanah yang baik untuk tanaman kakao adalah lempung liat berpasir dengan komposisi 30  40 % fraksi liat, 50% pasir, dan 10  20 persen debu. Susunan demikian akan mempengaruhi ketersediaan air dan hara serta aerasi tanah. Struktur tanah yang remah dengan agregat yangmantap menciptakan gerakan air dan udara di dalam tanah sehingga menguntungkan bagi akar.
Tanah tipe latosol dengan fraksi liat yang tinggi ternyata sangat kurang menguntungkan tanaman kakao, sedangkan tanah regosol dengan tekstur lempung berliat walaupun mengandung kerikil masih baik bagi tanaman kakao.Tanaman kakao menginginkan solum tanah menimal 90 cm. Walaupun ketebalan solum tidak selalu mendukung pertumbuhan, tetapi solum tanah setebal itu dapat dijadikan pedoman umum untuk mendukung pertumbuhan kakao.
Kedalaman efektif terutama ditentukan oleh sifat tanah, apakah mampu menciptakan kondisi yang menjadikan akar bebas untuk berkembang. Karena itu, kedalaman efektif berkaitan dengan air tanah yang mempengaruhi aerasi dalam rangka pertumbuhan dan serapan hara.Untuk itu kedalaman air tanah disyaratkan minimal 3 meter.


Kriteria tanah yang tepat bagi tanaman kakao
Areal penanaman tanaman kakao yang baik tanahnya mengandung fosfor antara 257  550 ppm
berbagai kedalaman (0   127,5 cm), dengan persentase liat dari 10,8   43,3 persen; kedalaman efektif 150 cm; tekstur (ratarata 050 cm di atas) SC, CL, SiCL; kedalaman Gley dari permukaan tanah 150 cm; pHH2O (1:2,5) = 6 s/d 7; zat organik 4 persen; K.T.K ratarata 050 cm di atas 24 Me/100 gram; kejenuhan basa ratarata 0  50 cm di atas 50%.

Dalam budi daya tanaman cokelat terdapat beberapa teknik yang spesifik. Berikut diuraikan mengenai segala hal yang berhubungan dengen budi daya tanaman cokelat.
Ø  Penyediaan bibit
Agar produksi kakao yang dihasilkan tinggi, perlu digunakan benih yang berkualitas. Benih yang berkualitas dapat diperoleh dari kebun benih cokelat.  Selain biji, bibit cokelat juga dapat diperoleh denan cara perbanyakan vegetative, berupa sambung atau okulasi. Bahkan, saat ini sudah banyak tersedia bibit kakao yang dijual dan siap ditanam di lahan.

Ø  Penyediaan tanaman pelindung
Penanaman tanaman pelindung sangat penting dilakukan sebelum penanaman cokelat di lapang. Hal ini disebabkan tanaman cokelat membutuhkan naungan selama proses pertumbuhannya. 

Ø  Penanaman
Bibit kakao dapat ditanam pada umur 4-6 bulan. Penanaman bibit di pagi hari pada musim hujan ternyata lebih baik hasilnya jika sore atau malam harinya turun hujan daripada hujan turun 2 hari kemudian.

Ø  Pemeliharaan
Tanaman cokelat atau kakao perlu dipangkas, dipupuk, dan dikendalikan gulmanya. Kegiatan pemeliharaan tersebut perlu dilakukan untuk memperoleh pertumbuhan dan produksi maksimal.
·         Pemangkasan
Selama masa tanaman belum menghasilkan (TBM), pemeliharaan ditujukan untuk pembentukan cabang yang seimbang dan pertumbuhan vegetatif yang baik. Pohon pelindung sementara perlu dipangkas agar tidak menutupi tanaman cokelat. Pohon pelindung sementara sebaiknya memiliki tinggi kurang dari 1,5 m agar tanaman cokelat mendapatkan sinar matahari yang sesuai pertumbuhannya.
Pemupukan

·         Pemupukan
Kakao dipupuk setelah berumur 2 bulan di lapangan. Sisa pemangkasan dan kulit buah cokelat yang dibenamkan ke dalam tanah juga merupakan sumber hara bagi tanaman cokelat.

·         Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma pada areal pertanaman cokelat biasanya dilakukan pada masa TBM. Beberpa jenis gulma yang biasanya ada di areal pertanaman cokelat, antara lain, Paspalum conjugatum, Ageratum conyzoidea, Axonophus compressus, Eleusine indica, dan Mikania micrantha. Pengendalian gulma bisa dilakukan secara manual maupun kimiawi

Produksi tanaman cokelat di lapang dapat mengalami penurunan karena serangan hama dan penyakit. Di perkebunan cokelat dikenal adanya hama dan penyakit utama, yaitu hama/penyakit yang sering menggangu metabolisme tanaman  cokelat sehingga menurunkan pertumbuhan dan produktivitasnya.
1.       Hama
Beberapa hama utama yang sering ditemukan diareal pertanaman cokelat adalah sebagai berikut.
a.       Helopelthis sp. (Hemiptera: Miridae)
Helopelthis sp. merupakan jenis kepik yang menyerang buah dan pucuk muda.
b.       Conopomorpha cramerella (Lepidoptera:Gracillariidae)
Hama ini dikenal juga dengan nama penggerek buah cokelat (PBC). Buah muda yang terserang PBC mengalami perubahan warna sebelum matang.
c.        Zeuzera sp. (Lepidoptera: Cossidae)
Ada 2 spesies utama dari Zeuzera sp., yaitu Zeuzera coffeae dan Zeuzera rorycyanea. Serangannya menyebabkan daun mengalami nekrosis dan pucuk pada tanaman dewasa akan mati.

2.       Penyakit
Ada beberapa penyakit penting pada tanaman cokelat dan sering mengakibatkan turunnya produksi panen cokelat, yaitu sebagai berikut.
a)       Vascular Streak Dieback (VSD)
Penyakit VSD disebabkan oleh Oncobasidium theobromae. Pathogen ini hanya ada di wilayah penanaman cokelat di Asia Tenggara dan Melanesia.
b)       Phytophthora sp.
Infeksi akibat patogen ini dapat terjadi pada daun, tunas, batang, akar, dan bunga.




c)       Cocoa Swollen Shoot Virus (CSSV)
Gejala infeksi CSSV dapat dilihat pada batang, daun, akar, dan buah. Bang dan akar membengkak. Kambium membengkak dan sel-sel floem berubah bentuk dan ukurannya menjadi lebih besar.

Buah kakao bisa dipanen apabila terjadi perubahan warna kulit pada buah yang telah matang. Sejak fase pembuahan sampai menjadi buah dan matang, kakao memerlukan waktu sekitar 5 bulan. Buah kakao matang dicirikan oleh perubahan warna kulit buah dan biji yang lepas dari kulit bagian dalam. Bila buah diguncang, biji biasanya berbunyi. Ketelatan waktu panen akan berakibat pada berkecambahnya biji di dalam. Terdapat tiga perubahan warna kulit pada buah kakao yang menjadi kriteria kelas kematangan buah di kebun – kebun yang mengusahakan kakao, yakni :
·         Kelas kematangan A+, kuning tua pada seluruh permukaan buah
·         Kelas A, kuning pada seluruh permukaan buah
·         Kelas B, kuning pada alur buah dan punggung alur buah
·         Kelas C, kuning pada alur buah

Teknik memetik buah pada kakao
Untuk memanen cokelat, digunakan pisau tajam. Jika letak buah terlalu tinggi, pisau disambung dengan galah bamboo. Saat panen diusahakan tidak melukai batang/cabang. Pemanenan buah cokelat hendaknya hanya dengan memotong tangkai buah tepat di batang/caban yang ditumbuhi buah. Jika terdapat sisa tangkai buah, akan menghambat pembungaan pada periode berikutnya.

Organisasi pemanenan
Pada areal yang cukup luas biasanya disiapkan suatu organisasi dengan melibatkan tenaga  kerja di bawah pimpinan mandor. Seorang pemanen dapat memanen sekitar 1.500 buah cokelat setiap hari, sehingga diperlukan perhitungan kebutuhan jumlah tenaga kerja yang sesuia tepat dengan areal perkebunan. Penetapan upah tenaga kerja didasarkan atas prestasi pemanen, produktivitas, dan tigkat harga biji cokelat.

Tabel 1 Karakteristik Klon Unggul Kakao
Karakteristik
Klon cokelat
ICS 13
ICS 60
Hibrida
RCC 70
RCC  73
Habitus tanaman
Besar
Besar
Besar
Sedang
Sedang
Hasil persilangan
-
-
-
THS 858 X ICS 60
Pa x UF 11
Daya hasil biji kering
1.852 Kg/ha
1.500 kg/ha
2000 kg/ha
2.287 kg/ha
2.439 kg/ha
Berat biji kering
1,03 g/biji
1,67 g/biji
1 g/biji
1,18 g/biji
1,16 g/biji
Ketahanan terhadap HPT
-
-
-
Tahan serangan Helopelthis sp.
Agak toleran penyakit busuk buah
Warna flush
Merah tua
Merah kekuningan
Merah muda
Merah
Kuning kemerahan
Bentuk daun
Panjang membulat
Panjanang meruncing
Panjang membulat
-
-
Ujng daun
Meruncing
Meruncing
Meruncing
-
-
Pangkal daun
Tumpul
Tumpul
Tumpul
-
-
Bentuk buah
Bulat memanjang
Bulat memanjang
Bulat memanjang
Agak bulat
Agak panjang








[1] Divisio adalah pengklasifikasian suatu organisme.
[2][2] Fotosintesis adalah proses pembuatan makanan pada tumbuhan dengan bantuan sinar matahari.